Chrome Pointer

Sabtu, 06 Juli 2013

Tugas KE-2

1.  Setelah absen selama sepuluh tahun lamanya akibat konflik internal yang 
     memicu mundurnya Lilo dari band, …… (Rolling Stone, edisi Mei 2012 hal. 37).
     Setelah absen selama sepuluh tahun akibat konflik internal yang memicu 
     mundurnya Lilo dari band, ……

Antusiasme penonton pada banyak konser di Indonesia memang sedang tinggi-
tingginya. (Rolling Stone, edisi Mei 2012 hal. 45). Antusiasme penonton pada 
konser di Indonesia memang sedang tinggi.

Kami ingin menumbuhkan, mau cari orang-orang baru yang bisa kami ‘ajari’ dan tumbuh bersama-sama. (Rolling Stone, edisi Mei 2012 hal. 51)
Kami ingin menumbuhkan dan mencari orang-orang baru yang bisa kami ‘ajari’ dan tumbuh bersama-sama.

Menurut dia, pejabat pengprov itu dibentuk dengan cara yang tidak terlalu benar. (Kompas, 2 Mei 2013 hal. 30)
Menurut dia, pejabat pengprov dibentuk dengan cara yang tidak benar.

Tingkat kerapuhan dan kedodoran sudah begitu berat sampai-sampai tokoh setingkat Susno pun, …. (Kompas, 1 Mei 2013 hal. 6)
Tingkat kerapuhan dan kedodoran sudah begitu berat sampai tokoh setingkat Susno pun, ….




2. Sebelum itu lagi, konser besar-besaran digelar di Jakarta Covention Center pada 15 September   2011. (Rolling Stone, edisi Mei 2012 hal. 47)
Saat itu sore hari Jumat, 3 Febuari 2006, saya menemui Chrisye di rumahnya. (Rolling Stone, edisi Mei 2012 hal. 4)
Seribuan penggemar KLa Project lainnya yang memadati konser sold out mereka bersama Reza Artamevia di Rolling Stone Live Venue pada 3 April silam juga bernasib serupa,….. (Rolling Stone, edisi Mei 2012 hal. 37)
Tim Hitam-Kuning itu menuju final Liga Champions walau kalah 0-2 pada putaran kedua semifinal di Santiago Bernabeu, Rabu (1/5) WIB. (Kompas, 2 Mei 2013 hal. 31)
HS ditangkap petugas Polres Batam-Rempang-Galang (Barelang) pada Senin (29/4) sore di kawasan Taman Raya, Batam. (Kompas, 2 Mei 2013 hal. 24)
Sekitar pukul 08.00-09.00, ribuan buruh dari daerah Cakung Berikat Nusantara (KBN) pun bergerak serentak ke Bundaran HI…..(Kompas, 2 Mei 2013 hal. 25)

3.  – Urutan peristiwa logis

Mulai Kamis pukul 06.00, kami akan berkumpul di Terminal Baranangsiang, lalu berjalan kaki ke DPRD Kota Bogor, pukul 08.00. (Kompas, 2 Mei 2013 hal. 27)
Real Madrid nyaris melakukan remontada berkat gol Karim Benzema dan Sergio Ramos pada menit ke-83 dan ke-88. (Kompas, 2 Mei 2013 hal. 31)
Pasalnya, pada 5 Mei , Semen Padang akan menghadapi PSM Makassar dan melawan Perseman Manokwari pada 9 Mei dalam Liga Primer Indonesia. (Kompas, 2 Mei 2013 hal. 30)
Jadi, tinggi kursi didesain sedemikian rupa sehingga saat ia duduk, pangkal pahanya bisa terlihat rata dan membentuk sudut siku-siku yang simetris dengan tumitnya. (Gitar Plus, edisi 39 hal. 26)
Lalu dia menunjuk tempat ia akan membangun studio, bar, dan ruang tamu untuk rekan dan temannya.  (Rolling Stone, edisi Mei 2012 hal. 74)
Mereka turun dari mobil dan naik bukit, seperti pesta berjalan. (Rolling Stone, edisi Mei 2012 hal. 74)

   - Pengulangan kata
Kami nggak bisa jadi orang lain, kami adalah Kahitna. (Rolling Stone, edisi Mei 2012 hal. 49)
Semisal berbicara Padi yang sering dianggap Radiohead-nya Indonesia, The Fly adalah U2-nya Indonesia, Once Mekel sebagai Sting-nya Indonesia. (Rolling Stone, edisi Mei 2012 hal. 124)
Tanggapan mereka adalah, selain mereka sangat suka lagu-lagu Kahitna, selalu kritiknya adalah show kurang lama. (Rolling Stone, edisi Mei 2012 hal. 49)
Jika pada periode Januari-Maret 2012 transaksi perdagangan surplus 2,7699 miliar dollar AS, pada periode Januari-Maret 2013 justru defisit 67,5 juta dollar AS.  (Kompas, 2 Mei 2013 hal. 17)
Ada yang relnya sudah hilang sama sekali, ada yang tertutup bangunan dan permukiman, dan ada juga yang sudah tertutup jalan. (Kompas, 2 Mei 2013 hal. 17)
Enam paket sudah ditenderkan, yaitu tiga paket konstruksi bawah tanah dan tiga paket laying. (Kompas, 2 Mei 2013 hal. 26)

4. Tapi jika kita menyimak baik-baik. Kita bisa mendengar semua instrumen.  (Rolling Stone, edisi Mei 2012 hal. 104)
Yang saya tahu adalah kepedulian saya terhadap apa yang mereka lakukan tak kalah besar. (Rolling Stone, edisi Mei 2012 hal. 104)
Dia tidak peduli kita itu siapa, apa yang kita akan berikan kepadanya. (Rolling Stone, edisi Mei 2012 hal. 104)
Semakin kami tahu, semakin kami tidak tahu. (Rolling Stone, Soundwaves edisi Maret 2013)
Kami adalah band yang lahir di bar dan semua kebiasaan kami di bar selalu kami bawa ke atas panggung dan di mana saja. (Rolling Stone, Soundwaves edisi Februari 2013)

5. a. Frase keterangan tempat
                Desa Muara Rupit, Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, yang mencekam pada Selasa (30/4) malam berangsur-angsur pulih.
b. Frase keterangan waktu
Tanggal 30 April menjadi Hari Ratu bagi rakyat Belanda,….
c. Frase keterangan cara
          Dengan posisi juara grup, Semen Padang memiliki keunggulan akan menjadi tuan rumah dalam babak 16 besar,…..
d. Frase verbum
             Dengan kriteria tersebut sampel akan dipilah.
e. Partikel penghubung
             Di belakang mereka, Hummels dan Subotic menanti dengan tekel jitu. 



Sumber :


http://hajimetal7.blogspot.com/2013/07/tugas-ke-2-bahasa-indonesia-2.html               


Jumat, 05 Juli 2013

TGS sofskill pertama


Deteksi Sonority Peak untuk Penderita Speech Delay 
Menggunakan
Speech Filing System


Abstraksi
Keterlambatan bicara atau speech delay menunjukkan perkembangan di bawah rata-
rata anak normal. Anak yang mengalami  gangguan  bicara  mengakibatkan  ketidak-
jelasan pada proses artikulasi berupa produksi voiced dan unvoiced dan intonasi.
Analisis sonority peak digunakan dalam penelitian ini dibantu dengan perangkat lunak 
Speech Filing System untuk melakukan  segmentasi  dan  transkripsi  dengan  hasil  
spectrum  data  bunyi. Secara visual fitur hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita 
speech delay  mengalami  gangguan  produksi  bicara  (intelligibility),  kurangnya output 
verbal dan pemahaman kata, namun visual languagenya berfungsi baik. 

Latar Belakang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlambatan bicara pada anak-anak,
sehingga mengakibatkan ketidakjelasan pada proses artikulasi berupa produksi voiced,
dan intonasi. Analisis sonority peak digunakan dalam penelitian ini, dibantu dengan 
perangkat lunak Speech Filing System.

Tujuan Penilitian
Untuk menganalisis anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara dengan 
menggunakan software SFS, sehingga bisa mendeteksi perkembangan akuistik fonologi 
seperti silabel,morfem atau domain bunyi yang segmental dan bunyi suprasegmental

Metode Penelitian
Penelitian ini merujuk pada Teori Fonologi Metrik sebagai pengembangan teori 
fonologi (Liberman & Prince, 1977). Teori ini mengidentifikasi penekanan suku kata. 
Data pola irama suku kata disegmentasikan pada satu dimensi bunyi dengan deretan 
KV (CV-tier).
Penelitian ini, mengambil data data audio dan visual secara personal dalam 2 tahap. 
Pertama, tahap fitur visual, yaitu prosodic dan spektral, dan visual fitur (yaitu 
mengnalisis produksi suara melalui mimik objek).

Hasil Penelitian
Hasil  penelitian  diperoleh  melalui
  (1)  proses  perekman  data, 
  (2)  proses  editing,  dan
  (3) segmentasi kata. 
Selanjutnya dilakukan proses sinkronisasi karena setiap kata yang dilafalkan mempunyai  
interval  waktu  yang  berbeda. Analisis  data  dilakukan  dengan  melakukan  proses editing 
dan dilanjutkan dengan pengamatan waktu serta frekuensi. Masing-masing kata dicari
kualitas rekaman yang terbaik. Setiap kata yang dimasukkan oleh subjek diulang sebanyak 
10 interval 2 detik. Diperoleh data mentah dengan 10 kali pengucapan untuk  setiap kata. 
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perolehan pitch low durability dan sedikit berbeda 
antara dua kelompok usia. Hasil analisis kata benda (’ayam’, ’bola’) dan kata kerja ’buka’ 
menunjukkan perfoma  yang  berbeda  tipis  pada  tataran  usia.  Penilaian  perolehan  
voiced  dan  unvoiced menunjukkan bahwa, yaitu











Data perolehan sonority peak nomina dan intonasi menunjukkan kestabilan  
perkembangan perolehan suara. Kenyaringan menunjukkan bahwa anak yang berusia  
lebih tinggi kurangnyaring dalam mengucapkan kata yang diminta. Hal tersebut 
menunjukkan bahwa terdapat perkembangan yang positif pada mental anak. Anak 
mulai dapat membedakan intonasi yang datar harus digunakan pada kata nomina.









Data perolehan hasil perolehan sonority peak verba menunjukkan hasil yang sangat 
baik, karena verba yang diminta adalah kosa kata imperative dan subjek dapat
mempraktekkan dengan baik sesuai dengan rentang usia.

Hasil penelitian menunjukkan puncak silabel adalah bunyi vokal. Contoh kata [ayam], 
yang terdiri dari bunyi [a], [y], [a], dan [m]. Bunyi [y] dan bunyi [m] adalah bunyi 
konsonan, sedangkan bunyi [a] adalah bunyi vokal. Bunyi [a] pada kata itu menjadi 
puncak silabis dan puncak kenyaringan, karena pada proses produksi menunjukkan 
ruang resonansi yang lebih besar. Tabel1, 2 dan 3 adalah hasil analisis spektografi
berikut:































Kesimpulan
Anak  speech  delay  sering  menemui kendala  dalam  memproduksi ujaran  lisan
(artikulasi, pitch, dan intonasi). Ditemukan indikasi adanya infleksi dan intonasi monoton 
pada subjek penelitian.Terdapat  distorsi pada pitch, intonasi, dan pola stress. Pola intonasi 
yang dibatasi oleh batas nada tinggi atau rendah menunjukkan nada yang relatif datar dan 
lemah. Pitch yang dihasilkan lemah, kontrol volume kurang dan kualitas vokal yang relatif 
lemah.



Sumber :







Tugas ke- 4

Opini Pertama : Satu bahasa bisa digunakan berbagai macam ragam bahasa.
Ini adalah suatu contoh pada bahasa Indonesia. Dalam Bahasa Indonesia mempunyai banyak ragam (varian) yang dipakai sesuai konteksnya. Misalnya untuk acara kenegaraan atau keperluan akademis kita menggunakan bahasa Indonesia baku. Sementara untuk keperluan sehari-hari, bahasa Indonesia yang kita pakai bersifat tidak baku (informal) dan seringkali dipengaruhi oleh bahasa daerah masing-masing. Kedua ragam tersebut dipakai secara bersamaan dan beriringan dalam kehidupan dan mempunyai fungsi masing-masing. Adapun jika ragam informal dari bahasa Indonesia pada akhirnya berkembang, itu adalah hasil kreasi penutur bahasa yang hakikatnya memang penuh inovasi, maka dari pada itu lahirlah bahasa gaul, yang kesemuanya adalah ragam informalnya bahasa Indonesia. Karena dalam ranah bahasa baku untuk akademis dan kenegaraan pengucapannya tidak bisa berkreasi (karena dibatasi aturan-aturan dan kebakuan), maka sangat wajar jika dalam ranah informal, penutur bahasa berkreasi, dan tidak terkecuali dalam bahasa Indonesia. Bahasa Inggris pun demikian adanya. Meskipun bahasa Inggris merupakan bahasa yang lebih mapan, bahasa Inggris juga mempunyai ragam informalnya, dan bahkan ragam informalnya lebih dari satu dan sangat dipengaruhi unsur kedaerahan. Situasi kebahasaan yang memungkinkan suatu masyarakat dalam suatu wilayah yang menggunakan beberapa ragam bahasa dalam kehidupannya dinamakan diglosia dan sangat lazim terjadi.

Opini Kedua : Dampak Globalisasi terhadap Sikap Bahasa
Globalisasi sudah menjadi fenomena semesta; globalisasi, suka atau tidak suka, juga mengubah sikap bahasa penutur Indonesia terhadap Bahasa Indonesia, terutama di kota-kota besar yang ada di Indonesia, khususnya terhadap Bahasa Indonesia resmi, penggunaannya termasuk bahasa nasional, dianggap kurang bergengsi (kurang prestise), kurang nyaman (comfort), kurang canggih, bahkan dirasakan kurang aksi/kurang bergaya (prestige motive). Sikap ini juga terjadi pada media-media elektronik kita, dengan dalih era globalisasi, mata-mata acara ditayangkan dengan bahasa Inggris, malahan presenternya pun menggunakan bahasa yang dicampur-campur.

Demikian pula halnya sikap bahasa terhadap bahasa daerah, bahasa daerah kita cenderung telah tergusur karena penggunaan bahasa daerah dianggap kampungan. Sikap seperti itu tidak boleh terjadi, karena    penggusuran terhadap bahasa daerah akan berakibat terhadap tergusurnya kebudayaan daerah, hilangnya bahasa daerah berarti hilangnya kebudayaan daerah. Itu akan menimbulkan kekosongan/ kehampaan kebudayaan (cultural void), ini akan mencengkeram masyarakat. Sebagaimana kita ketahui, bahasa adalah jaringan sentral kebudayaan, di samping sebagai salah satu produk kebudayaan itu sendiri. Penggantian budaya yang sudah mapan dan berakar oleh budaya lain yang baru dan asing bisa menjadi fatal; ini akan menjadi krisis identitas yang amat serius. Konon masyarakat yang kehilangan budayanya akan dihinggapi penyakit kehilangan kepercayaan diri, masyarakat itu akan selalu bergantung kepada orang lain, akan mencari tuntunan orang lain di dalam membuat putusan-putusan.
Setakat ini sikap bahasa yang lain adalah kecenderungn memberi gengsi tinggi terhadap Bahasa Indonesia  ragam rendah/ragam bahasa gaul, termasuk suka mencampur-campur unsur bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, di samping suka beralih-alih ke bahasa tersebut, padahal konteks dan situasi komunikasi tidak menuntutnya. Dengan kata lain, terdapat tumpang-tindih ranah penggunan bahasa. Ranah yang menuntut penggunaan bahasa resmi disulih dengan bahasa ragam rendah/bahasa gaul; konteks dan situasi interaksi resmi disulih dengan bahasa campur-campur atau dengan konstruksi wacana yang penuh dengan interferensi dari nonbahasa Indonesia resmi.

Secara kasat mata, globalisasi juga menurunkan derajat kebakuan ragam bahasa resmi yaitu Bahasa Indonesia yang mendapat gangguan dari bahasa asing, terutama bahasa utama dunia, seperti bahasa Inggris. Gangguan ini cenderung tampak pada tingginya gejala interferensi (baik secara gramatikal maupun leksikal) dan gejala campur-campur bahasa Bahasa Indonesia-Bahasa Asing/Inggris, termasuk pemanfaatan alternasi (beralih/alih bahasa) yang sebenarnya tidak diperlukan/tidak dituntut dalam situasi komunikasi yang sedang berlangsung. Yang lebih memprihatinkan adalah bahwa globalisasi mengimplikasikan kecenderungan mengendurnya semangat nasional pada generasi muda bangsa kita, terutama di kota-kota besar.


Sumber :