Pengertian wewenang.
Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau
memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar
tercapai tujuan tertentu. Ada dua pandangan yang saling berlawanan mengenai
sumber wewenang, yaitu teori formal ( atau sering disebut pandangan klasik ) dan
teori penerimaan.
1. Teori
formal ( pandangan klasik )
wewenang merupakan anugerah, ada karena
seseorang diberi atau dilimpihai hal tersebut. Beranggapan bahwa wewenang
berasal dari tingkat masyarakat yang tinggi.
Jadi pandangan ini menulusuri sumber tertinggi dari wewenang ke atas
sampai sumber terakhir, dimana untuk organisasi perusahaan adalah pemilik atau
pemegang saham.
2. Teori
penerimaan ( acceptance theory of authority )
Wewenang
timbul hanya jika dapat diterima oleh kelompok atau individu kepada siapa
wewenang tersebut dijalankan. Pandangna ini menyatakan kunci dasar wewenang
oleh yang dioengaruhi ( influence ) bukan yang mempengaruhi ( influencer . jadi
wewenang tergantung pada penerima ( recevier ), yang memutuskan untuk menerima
atau menolak.
Menurut
Chester I. Bernard seseorang akan memenuhi perintah apabila dipenuhi empat
kondisi
berikut:
1. Dia
dapat memahami komunikasi
2. Dia
percaya bahwa perintah tersebut tidak bertentangan dengan tujuan organisasi
3. Perintah
tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan secara keseluruhan, dan
4. Secara
fisik dan mental mampu menjalankan perintah tersebut
Wewenang dalam organisasi
Wewenang
merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari pada kegiatan –
kegiatan. Wewenang yang bersifat informal, untuk emdapatkan kerjasama yang baik
dengan bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampian ilmu
pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan yang ada dalam organisasi. Wewenang dapat diartikan sebagai hak untuk
memerintah orang lain untuk melakukan
sesuatu agar tujuan dpat tercapai.
Wewenang lini, staf dan fungsional
1. Wewenang
lini
Dimiliki
oleh manajer lini yang mengambil kepututsan untuk mencapai tujuan organisasi
secara langsung. Dalam badan organisasi, wewenang lini digambarkan oleh garis
yang menghubungkan manajemen puncak sampai ke manajemen tingkat bawah
2. Wewenang
staff
Dilakukan
oleh orang atau kelompok orang yang memberikan jasa atau nasihat kepada manajer
lini. Staff ahli biasanya merupakan istilah yang menggambarkan posisi tersebut.
Staff ahli memberikan nasihat berdasrkan keahlian, pengalaman, atau riset dan
analisis yang diperlukan termasuk bantuan pelaksanaan kebijakan monitor dan
pengendalian.
3. Wewenang
fungsional
Kadang
organisasi mempunyai manajer atau departemen yang mempunyai wewenang dan
fungsional fungsi keunagan dan akuntansi sering diberikan wewenang fungsional.
Delegasi wewenang
Dapat
diartikan sebagai penugasan wewenang dan tanggung jawab formal organisasi
kepada orang lain, dalam hal ini karyawan. Wewenang dapat dielegasikan sesuai
dengan prinsip scalar manajemen klasik, yang menyatakan bahwa garis wewenang
harus ditetapkan dengan jelas dari manajemen puncak sampai karyawan paling
bawah. Delegasi wewenang bukan merupakan pelepasan tanggung jawab.
Keuntungan dan halangan delegasi
wewenang
Delegasi wewenang memungkinkan
manajer menyelesaikna lebih banyak pekerjaan daripada kalau semuanya dikerjakan
sendiri. Kadang bawaham mempunyai keahlian yang lebih dibandingkan dengan
manajer untuk hal – hal tertentu. Beberapa manajer kadang enggan mendelagasikan
wewenang karena :
1. Tidak
yakin akan kemampuan bawahan
2. Merasa
mampu mengerjakan sendiri
3. Tidak
efesien untuk mengajari bawahan melakukan tugas
4. Takut
wewenangnya akan berkurang atau takut kalau bawahannya dapat melakukan tugas
5. Labih
baik dibandingkan dirinya
Karyawan
kadang engga menerima delegasi wewenagn karena beberapa alasan :
1. Takut
gagal
2. Merasa
tidak ada penghargaan untuk kerja uang akan dilakukannya atau tidak mau
menanggung resiko
3. Semua
resiko diserahkan atau ditanggung oleh manajer
Delegasi wewenang yang efektif
1. Memutuskan
pekerjaan mana yang akan didelegasikan karena tidak semua pekerjaan dapat
didelegasikan
2. Memutuskan
siapa yang akan memperoleh penugasan dengan beberapa pertimbangan waktu yang
dipunyai karyawan kemampuan yang dimiliki karyawan dan kesempatan yang akan
dimanfaatkan oleh karyawan
3. Mendelegasikan
tugas disettai dengan informasi dan pemberian wewenang yang cukup dan bentuk
hasil yang diharapkan
4. Menetapkan
feedback untuk memonotir kemajuan yang dicapai oleh bawahan
Pengertian kekuasaan
orang-orang yang berada pad pucuk pimpinan suatu organisasi
seperti manajer, direktur, kepala dan sebagainya, ( memiliki kekuasaan power)
dalam konteks mempengaruhi perilaku orang-orang yang secara struktural
organisator berada di bawahnya. Sebagian pimpinan menggunakan kekuasaan dengan
efektif, sehingga mampu menumbuhkan motivasi bawahan untuk bekerja dan melaksanakan
tugas dengan lebih baik. Namun, sebagian pimpinan lainnya tidak mampu memakai
kekuasaan dengan efektif, sehingga aktivitas untuk melaksanakan pekerjaan dan
tugas tidak dapat dilakukan dengan baik. Oleh karena itu, sebaiknya kita bahas
secara terperinci tentang jenins-jenis kekuasaan yang sering digunakan dalam
suatu organisasi.
Dalam pengertiannya, kekuasaan adalah kualitas yang melekat
dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu (a quality inherent in an
interaction between two or more individuals). Jika setiap individu mengadakan
interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam
interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan.
Sifat kekuasaan
1. Kekuasaan bersifat positif
merupakan Kemampuan yang
dianugerahkan oleh Tuhan kepada individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
yang dapat memengaruhi dan mengubah pemikiran orang lain atau kelompok untuk
melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan
sungguh-sungguh dan atau bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental.
2. Kekuasaan bersifat Negatif
Merupakan sifat atau
watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam
memengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan
oleh pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun
mental. Biasanya pemegang kekuasaan yang bersifat negatif ini tidak memiliki
kecerdasan intelektual dan emosional yang baik,mereka hanya berfikir pendek
dalam mengambil keputusan tanpa melakukan pemikiran yang tajam dalam mengambil
suatu tindakan, bahkan mereka sendiri kadang-kadang tidak dapat menjalankan
segala perintah yang mereka perintahkan kepada orang atau kelompok yang berada
di bawah kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi.
biasanya kekuasaan
dengan karakter negatif tersebut hanya mencari keuntungan pribadi atau golongan
di atas kekuasannya itu. karena mereka tidak memiliki kemampuan atau modal
apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun, dan para pemegang kekuasaan
bersifat negatif tersbut biasanya tidak akan berlangsung lama karena tidak akan
mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh rakyatnya.
Legitimasi
kekuasaan
Dalam pemerintahan
mempunya makna yang berbeda: "kekuasaan" didefinisikan sebagai
"kemampuan untuk memengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu yang bila
tidak dilakukan", akan tetapi "kewenangan" ini akan mengacu pada
klaim legitimasi, pembenaran dan hak untuk melakukan kekuasaan. Sebagai contoh masyarakat boleh jadi memiliki
kekuatan untuk menghukum para kriminal dengan hukuman mati tanpa sebuah
peradilan sedangkan orang-orang yang beradab percaya pada aturan hukum dan
perundangan-undangan dan menganggap bahwa hanya dalam suatu pengadilan yang
menurut ketenttuan hukum yang dapat memiliki kewenangan untuk memerintahkan sebuah hukuman
mati.
Dalam perkembangan
ilmu-ilmu sosial, kekuasaan telah dijadikan subjek penelitian dalam berbagai
empiris pengaturan, keluarga (kewenangan orangtua), kelompok-kelompok kecil
(kewenangan kepemimpinan informal), dalam organisasi seperti sekolah, tentara,
industri dan birokrat (birokrasi dalam organisasi pemerintah) dan masyarakat
luas atau organisasi inklusif, mulai dari masyarakat yang paling primitif
sampai dengan negara, bangsa-bangsa modern atau organisasi (kewenangan
politik).
Teori
kekuasaan
Menurut
French dan raven ada 5 teori kekuasaan yaitu sebagai berikut :
1. kekuasaan
paksaan ( coercive power )
kekuasaan imbalan seringkali dilawankan dengan
kekuasaan paksaan, yaitu kekuasaan untuk menghukum. Hukuman adalah segala
konsekuensi tindakan yang dirasakan tidak menyenangkan bagi orang yang
menerimanya. Pemberian hukuman kepada seseorang dimaksudkan juga untuk
memodifikasi prilaku, menghukum prilaku yang tidak baik/ merugikan organisasi
dengan maksud agar berubah menjadi perilaku yang bermanfaat. Para manajer
mengunakan kekuasaan ini agar para pengikutnya patuh pada perintah karena tkut
dengan konsekuensi tidak menyenangkan yang mungkin akan diterimanya
jenis hukumannya dapat berupa pembatalan promosi,
pembatalan bonus maupun pelaksanaan hukuman spoerti skors, PHK, potongan gaji.
Tetapi hukuman adalah paksaan yang masih digunakan untuk memperoleh prestasi
yang tidak produktif daalm organisasi
2. kekuasan
imbalan ( insentif power )
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain
karena posisinya, seorang yang tingkatannya lebih tinggi memiliki kekuasaan
atas pihak yang bekedudukan lebih rendah. Dalam teori, orang yang mempunyai
kedudukan sederjat dalam organisasi, misalnya sesama manajer mempunyai
kekuasaan legitimasi yang sederajat pula. Kesuksesan penggunaan kekuasaan
legitimasi ini sangat serupa dengan wewenang selain seni pemegang kekuasan,
bawahan memainkan peranan penting dalam pelaksanaan pengunaan legitimasi. Jika
bawahan menadang penggunaan kekuasaan tersebut sah artinya siseuai dengan hak –
hak yang melekat, mereka akan patuh. Tetapi jika dipandang penggunaan
kekuasasan tersebut salah, mereka mungkin sekali akan membangkang, batas - batas kekuasaan ini akan sangat tergantung
pada budaya, kebiasaan dan system nilai yang berlaku dalam organisasi yang
bersangkutan
3. kekuasaan
sah ( legitimate power )
kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain karena posisinya. Seorang yang
tingkatannya lebih tinggi memiliki kekuasaan atas pihak yang berkedudukan lebih
rendah. Dalam teori, orang yang mempunyai kedudukan sederajat dalam organisasi,
misalnya sesama manajer, mempunyai kekuasaan legitimasi yang sederajat pula.
Kesuksesan penggunaan kekuasaan legitimasi ini sangat dipengaruhi oleh bakat
seseorang mengembangkan seni aplikasi kekuasaan tersebut. Kekuasaan legitimasi
sangat serupa dengan wewenang. Selain seni pemegang kekuasaan, para bawahan
memainkan peranan penting dalam pelaksanaan penggunaan legitimasi. Jika bawahan
memandang penggunaan kekuasaan tersebut sah, artinya sesuai dengan hak-hak yang
melekat, mereka akan patuh. Tetapi jika dipandang penggunaan kekuasaan tersebut
tldak sah, mereka mungkin sekali akan membangkang. Batas-batas kekuasaan ini
akan sangat tergantung pada budaya, kebiasaan dan sistem nilai yang berlaku
dalam organisasi yang bersangkutan.
4. Kekuasaan pakar ( expert power )
Seseorang
mempunyai kekuasaan ahli jika ia memiliki keahlian khusus yang dinilai tinggi.
Seseorang yang memiliki keahlian teknis, administratif, atau keahlian yang lain
dinilai mempunyai kekuasaan, walaupun kedudukan mereka rendah. Semakin sulit
mencari pengganti orang yang bersangkutan, semakin besar kekuasaan yang
dimiliki. Kekuasaan ini adalah suatu karakteristik pribadi, sedangkan kekuasaan
legitimasi, imbalan, dan paksaan sebagian besar ditentukan oleh organisasi,
karena posisi yang didudukinya.
Contohnya ; Pasien – pasien dirumah sakit menganggap dokter sebagai pemimpin atau panutan karena dokterlah uang dianggap paling ahli untuk menyembuhkan penyakit
Contohnya ; Pasien – pasien dirumah sakit menganggap dokter sebagai pemimpin atau panutan karena dokterlah uang dianggap paling ahli untuk menyembuhkan penyakit
5. Kekuasaan
rujukan (referent power )
Banyak
individu yang menyatukan diri dengan atau dipengaruhi oleh seseorang karena
gaya kepribadian atau perilaku orang yang bersangkutan. Karisma orang yang
bersangkutan adalah basis kekuasaan panutan. Seseorang yang berkarisma ;
misalnya seorang manajer ahli, penyanyi, politikus, olahragawan; dikagumi
karena karakteristiknya. Pemimpin karismatik bukan hanya percaya pada keyakinan
– keyakinannya sendiri (factor atribusi), melainkan juga merasa bahwa ia
mempunyai tujuan-tujuan luhur abadi yang supernatural (lebih jauh dari alam nyata).
Para
pengikutnya, di sisi lain, tidak hanya percaya dan menghargai sang pemimpin,
tetapi juga mengidolakan dan memujanya sebagai manusia atau pahlawan yang
berkekuatan gaib atau tokoh spiritual (factor konsekuensi). Jadi, pemimpin
kharismatik berfungsi sebagai katalisator dari psikodinamika yang terjadi dalam
diri para pengikutnya seperti dalam proses proyeksi, represi, dan regresi yang
pada gilirannya semakin dikuatkan dalam proses kebersamaan dalam kelompok.
Dalam masa puncaknya, Bung Karno misalnya; diberi gelar paduka yang mulia,
Panglima Besar ABRI, Presiden seumur hidup, petani agung, pramuka agung, dan
berbagai gelar yang lainnya.Menurut kesimpulan tentang wewenang dan kekuasaan,jadi keduanya memiliki nilai-nilai positif dan negatifnya.Keduanya saling berhubungan dan saling melengkapi,meskipun begitu keduanya tetap berbeda, kekuasaan dalam menjalankannya atau merealisasikan tidak terlalu membutuhkan yang namanya legitimasi sedangkan wewenang dalam merealisasikannya sangat memerlukan yang namanya legitimasi dan juga membutuhkan kekuasaan, karena wewenang tanpa kekuasaan hanya menjadi wewenang yang tidak memliki kekuatan.
Sumber:
http://hanaweasley.blogspot.com/2009/10/teori-teori-kekuasaan_5384.html
http://evitadewiblogqu.blogspot.com/2009/10/teori-kekuasaan-dan-wewenang-dalam.html
http://evitadewiblogqu.blogspot.com/2009/10/teori-kekuasaan-dan-wewenang-dalam.html